Selasa, 29 Oktober 2019

Membandingkan 2 Novel Non-Fiksi

Buku Pertama 

A. Identitas Buku

Judul                : Catatan Pinggir 1

Penulis             : Goenawan Mohammad

Penerbit           : Grafiti Press

Tahun Terbit    : 1983 (Cet 1)

Jenis Cover     : Softcover

ISBN                : 9789794440674

Jumlah Halaman   : 612 halaman

B. Pendahuluan


Buku ini merupakan rangkuman untuk Majalah Tempo, tiap minggu Goenawan Mohamad (GM) menulis "Catatan Pinggir" (Caping). Pria kelahiran 29 Juli 1941, di Batang, Jawa Tengah ini, yang memiliki nama panjang Goenawan Susatyo Mohamad, pernah menduduki jabatan sebagai Pemimpin Redaksi majalah Tempo yang sudah menulis pada usia 17 tahun ini juga dikenal sebagai penyair terkemuka.

Caping merupakan salah satu esai paling populer di negeri ini. Tulisan yang gaya penulisannya dikenali seperti puisi itu, memiliki penggemar dari berbagai kalangan. Mantan anggota DPR Alvin Lie dan putri Gus Dur, Anita Wahid, misalnya, merupakan penggemar Caping yang mengikuti pelatihan tersebut. Kini Caping telah dibukukan hingga 7 jilid.


C. Isi Buku


Buku "Catatan Pinggir" sebagai semacam komentar, tapi juga semacam gumam, seperti kalau kita berbicara sendiri atau mencoret-coretkan kalimat di kertas kosong di tengah suara orang ramai. Atau semacam marginalia : catatan-catatan yang kita torehkan di tepi halaman buku yang sedang kita baca. Dari situlah nama "Catatan Pinggir" sebenarnya ditemukan : percikan pikiran pendek dan cepat di antara lalu lintas ide dan peristiwa-peristiwa.

Goenawan Mohammad memilih model tulisan esai karena ingin mengajak orang berpikir. Tulisan esai diperkenalkan oleh Michel de Montagne pada abad 15. Montagne berpendapat sebenarnya yang kita ketahui tidak banyak bahkan tidak ada. Sehingga, ia menggunakan esai sebagai percobaan untuk mengajak orang berpikir untuk mendapatkan kejernihan dari kekalutan masalah.

Dalam Caping, Goenawan Mohammad sering mengutip sejumlah buku. Pengutipan ini bukan untuk gagah-gagahan. Namun, karena waktu Caping awal dibuat pada zaman Soeharto, tidak banyak buku bagus masuk ke Indonesia. Saat itu, buku yang dijual toko buku kebanyakan buku-buku ringan seperti buku rajah tangan.

Ini merupakan salah satu bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin merasakan nuansa yang berbeda di dalam membaca, karena Goenawan Mohammad disini berusaha mengajak pembacanya untuk senang, tersenyum, berpikir, dan menjadi terpukau lewat tulisan esai Caping ini. Satu hal lagi yang harus di garis bawahi, Caping mengalir begitu saja, apa adanya, tanpa ada yg ditutup-tutupi dan ada yang menutup-nutupinya.

D. Kelebihan Buku

Menggunakan bahasa yang sangat menarik,dan sangat serius

E. Kekurangan Buku

Tidak ada kekurangan dalam buku ini 



Buku Kedua

A. Identitas Buku

Judul Buku     : Sekolah itu Candu

Penulis           : Roem Topatimasang

Penerbit          : INSISTPress

Tahun Terbit    : 2013 (cetakan ke-13)

ISBN               : 978-602-0857-55-8

Tebal Buku      :  XVI + 129 halaman


B. Pendahuluan


"Sekolah" mungkin kata yang tidak asing lagi kita dengar. Dimulai dari orang Yunani yang biasa mengisi waktu luang nya dengan mengunjungi suatu tempat atau seseorang yang mereka anggap pandai untuk bertanya dan mempelajari, yang mereka rasa perlu dan butuh untuk diketahui. Hingga kebiasaan itupun diberlakukan kepada anak-anak mereka, caranya dengan menyerahkan kepada orang yang dianggap tahu atau pandai di suatu tempat tertentu. Kebiasaan itu berlangsung hingga saat ini, yang lebih akrab kita sebut dengan sekolah.

C. Isi Buku


Buku ini mencoba memberi gambaran tentang pemerintahan yang ada di Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan. Indonesia tidak kurang dari seperlima atau lebih dari 20% anggaran belanja negara justru dipergunakan bagi pembiayaan pembangunan sektor pendidikan. Bayangkan saja, dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa saja, angka statistik pendidikan nasional negeri ini melonjak naik dalam kelipatan rata-rata tiga sampai lima kali.

Akan tetapi dibalik angka-angka laju pertumbuhan yang memang menakjubkan, juga terjadi angka-angka kebalikkannya dalam lipatan yang tak kalah fantastik, seperti jumlah murid tinggal kelas, jumlah pelajar yang putus sekolah, dan yang paling parah adalah sarjana yang frustasi karena kehabisan lapangan kerja sehingga menyebabkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran di negeri ini. Selain itu, buku ini juga seperti ingin memperlihatkan perilaku-perilaku para pejabat negara, apalagi dalam bidang pendidikan.

Bidang administrasi dan manajemen persekolahan tetap saja menjadi salah satu masalah sistem pendidikan yang paling rumit sampai saat ini. Salah satu pusat korupsi, manipulasi dan salah urus. Sekaligus salah satu kementrian penghasil Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) terbesar tiap tahunnya.

D. Kelebihan Buku


Memberikan wacana yang dapat digunakan untuk membangun pendidikan di Indonesia

E. Kekurangan Buku


Terlalu Teoritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar